PENGUKUHAN PDT. JOHNY CH. RUHULESSIN, M.SI SEBAGAI GURU BESAR (PROFESOR) DI BIDANG SOSIOLOGI DAN TEOLOGI AGAMA

Setelah mendapat Surat Keputusan Kenaikan Pangkat Akademik pada tanggal 15 Oktober 2022 maka pada tanggal 16 November 2022, Pdt. Johny Ch. Ruhulessin, M.si dikukuhkan sebagai Guru Besar (Profesor) UKIM dalam bidang ilmu “Sosiologi dan Teologi Agama”. Kegiatan pengukuhan Prof. John berlangsung secara terbuka di Aula UKIM pada pukul 09.00 WIT – 12.00 WIT dan dihadiri oleh berbagai pihak.

Pengukuhan Prof. John berlangsung di Aula UKIM dalam Rapat Senat Terbuka, yang dibuka oleh Pdt. Dr. H. H. Hetharia, M.Th – selaku Rektor UKIM. Dalam kegiatan tersebut, turut dihadiri oleh jajaran Senat Universitas, perwakilan Pemerintah Provinsi Maluku, MPH Sinode GPM, Yayasan Perguruan Tinggi GPM, Kopertis Wilayah XII, dan lainnya. Dalam sambutannya, Ketua LLDikti Wilayah XII dan Ketua MPH Sinode GPM merasa bersyukur karena Maluku dan GPM semakin diperkaya melalui hadirnya Guru Besar pada Bidang Sosiologi Agama. Prof John yang dikenal sebagai wajah humanis di Maluku dan GPM akan menjadi tren model terhadap seluruh proses bermasyarakat dan bergereja. Hal ini juga patut diakui, karena dengan bertambahnya Prof John maka menambah jumlah Guru Besar di UKIM.

Dalam kesempatan yang sama, Prof John diberikan kesempatan untuk menyampaikan Pidato Guru Besar, dengan Judul “Etika Publik sebagai Nadi Etika Kebangsaan”. Dalam Pidatonya, Prof John mengajak semua pihak untuk memiliki etika kebangsaan melalui nilai-nilai luhur Pancasila. Menurut Prof John, Pancasila adalah dasar pemersatu negara yang tidak hanya relevan pada konteks masa lampau (penjajahan), namun masih tetap eksis sampai saat ini. Hal itu dikarenakan, Pancasila merampung seluruh  kepentingan agama-agama di Indonesia dan kebabasannya. Menurut Prof John, Indonesia saat ini mendapat banyak gangguan etika kebangsaan secara internal dan eksternal. Oleh karena itu, Etika Kebangsaan melalui Nilai Luhur Pancasila merupakan salah satu tawaran terhadapnya. Sementara itu, Prof John turut menegaskan bahwa Etika Publik dan Gereja Inklusif menjadi aksentuasi etika publik di era yang terus berubah. Menurutnya, etika publik juga harus menyumbang terhadap sikap gereja yang berpihak kepada kemanusiaan. Gereja harus senantiasa membaharui diri, seperti slogan reformasi: “Ecclesia Reformata, semper Reformanda”, sehingga cara pandang tentang diri dan lingkungannya terus mengalami transformasi sesuai kebutuhan zaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *