Muan Modan!
Program Pascasarjana Universitas Kristen Indonesia Maluku (PPs UKIM) kembali melakukan kegiatan Penataran Sentrifugal dan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM), pada 24 September 2022 – 28 September 2022, di Jemaat GPM Waekose – Klasis GPM Buru Utara.
Direktur PPs UKIM: Rachel Iwamony, Ph.D dan Ainun Diana Lating, M.Si (sebagai perwakilan mahasiswa program studi DTAK) turut menjadi bagian dari delegasi PPs UKIM yang mengikuti kegiatan PkM di jemaat GPM Waekose – Klasis GPM Buru Utara. Dengan melakukan perjalanan menggunakan kendaraan laut (Feri) dan darat (Bus), kurang lebih 14 jam perjalanan, para delegasi dapat menginjakan kaki di desa Waekose – Buru Utara. Dengan proses penerimaan adat yang dilakukan oleh para tua-tua adat di depan negeri Waekose maka para delegasi PkM diberikan kesempatan untuk masuk, hidup, dan berbagi bersama masyarakat (dan jemaat) tentang teologi dan permberdayaan masyarakat.
Kegiatan PkM secara resmi dibuka setelah Kebaktian Minggu di jemaat GPM Waekose, yang turut dihadiri oleh Ketua Klasis GPM Buru Utara, Pejabat Kepala Desa Waekose, dan jajaran pelayan dari klasis GPM Buru Utara. Dalam sambutannya, Ketua Klasis GPM Buru Utara menyampaikan bahwa kegiatan PkM merupakan tanda bahwa UKIM harus kembali ke dasar teologinya, yaitu pergumulan keumatan yang terus dihidupi dan dielaborasi dengan berbagai perkembangan sosial dan budaya masyarakat. Oleh karena itu, Ketua Klasis berharap agar kegiatan PkM dapat memberikan sumbangsih positif terhadap perkembangan bergereja dan bermasyarakat jemaat GPM Waekose secara khusus, dan seluruh jemaat dalam lingkup Klasis GPM Buru Utara.
Dengan memerhatikan kondisi sosial kemasyarakatan masyarakat desa Waekose maka Iwamony dan Ainun menjadikan topik “Literasi Kebangsaan dan Moderasi Beragama” sebagai bahan kajian dan diskusi bersama remaja Kristen dan Muslim dari desa Waekose. Iwamony dan Ainun memulai diskusi, dengan menampilkan sejumlah realitas masa kini yang memerlihatkan lemahnya literasi beragama dan moderasi bergama di Indonesia. Oleh karena itu, menurut Iwamony dan Ainun, falsafah bangsa Indonesia, yaitu Pancasila, perlu dihidupi oleh seluruh masyarakat termasuk oleh para remaja di desa Waekose, “Jika kita tidak memahami Pancasila secara baik serta penjabaran dalam 36 butir nilai maka kita akan kehidupan dasar kehidupan bersama, sehingga kita dapat dengan mudah dihancurkan oleh yang lain”.
Dengan metode pembelajaran yang begitu aktif dan ceria, Iwamony dan Ainun mengajak seluruh peserta untuk menguji kepekaan/sensitivitas terhadap Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Tidak terlupakan juga, proses berbagai pengalaman (cerita lokal) antar peserta turut disampaikan, sehingga dalam kesempatan itu, seluruh dapat saling mengenal dan memahami. Dalam closing statement, Ainun mengatakan bahwa hitam dan putih itu tidak terlalu indah. Yang indah adalah pelangi, karena banyak warna. Jadi, janganlah melihat keberagaman sebagai ancaman, tetapi lihatlah sebagai keindahan dalam kehidupan. Tidak terlupakan, sebagai para remaja, perlu dijauhkan stigma negatif antar sesama, karena dengan demikian mereka dapat membangun hidup dengan baik. Closing statement Ainun semakin dipertegas oleh Iwamony bahwa Pancasila perlu dipahami dan dimaknai secara baik dalam seluruh tindakan kehidupan, sehingga dengan kesadaran itu, kehidupan dapat dibangun dengan baik. (EJT)